Urban
Tropical House
Padatnya permukiman di perkotaan seharusnya tidak
mengurangi kualitas kehidupan msyarakat yang tinggal di sana. Hunian boleh
terbatas luasnya karena harga lahan yang semakin mahal, tetapi dalam ruang yang
terbatas tersebut konsep-konsep hunian yang nyaman dan sehat tidak boleh
ditinggalkan. Untuk mencapai kenyamanan yang optimal respon terhadap iklim
tropis mutlak harus diterapkan pada sebuah rumah tinggal. Sinar matahari yang
berlimpah dan curah hujan yang tinggi adalah dua faktor utama yang tidak boleh
diabaikan, bahkan harus dimanfaatkan seoptimal mungkin.
Secara umum, ciri rumah tropis yang utama adalah
sebagai berikut :
- Atap miring dengan teritisan yang lebar. Atap miring adalah respon yang paling logis dari curah hujan yang tinggi. Satu-satunya cara yang terbaik dalam menangani air hujan adalah dengan mengusahakan air hujan tersebut secepat mungkin sampai ke permukaan tanah, dan meresap ke dalam tanah. Teritisan yang lebar berfungsi untuk melindungi dinding dari tampias air hujan.
- Ventilasi alami. Selain lebih sehat daripada udara yang dikondisikan secara mekanis, penggunaan ventilasi alami jelas merupakan pilihan yang lebih ekonomis. Walaupun berada di tengah kawasan perkotaan yang beriklim panas, kita bisa menciptakan iklim mikro yang lebih sejuk di dalam rumah dan halaman. Caranya adalah dengan memanfaatkan vegetasi dan sistem ventilasi silang yang tepat ukuran dan perletakannya.
- Penggunaan material alami. Untuk lebih memperkuat kesan dari style tropis dan natural, pergunakanlah material alami, misalnya kayu dan batu alam. Tetapi kedua material tersebut memang memerlukan finishing dan perawatan khusus untuk melindungi dari panas matahari dan kelembapan yang tinggi.
Pada tulisan kali ini, kita juga akan mengulas contoh
sebuah rumah dengan style tropis yang terletak di daerah Tembalang, Kota
Semarang, yang menjadi tempat tinggal keluarga Bpk. M. Sahid Indraswara yang
sehari-hari berprofesi sebagai dosen sekaligus pengusaha properti. DI tengah
style minimalis yang seakan menjadi mainstream, sang pemilik rumah tetap
memilih style tropis pada huniannya. Dan pilihan tersebut adalah pilihan yang
tepat, terbukti bahwa rumah tersebut tetap terasa sangat nyaman dihuni meskipun
berada di tengah-tengah kota Semarang yang terkenal panas.
Sejak dari luar rumah, terlihat desain pembatas
kavling yang sangat kuat aksen tropisnya. Rumah ini sebetulnya tidak memiliki
pagar, tetapi level halaman yang lebih tinggi menyebabkan privasi area rumah
tetap terjaga. Penggunaan bahan batu lempeng yang dipasang secara acak dipadu
dengan tatanan vegetasi yang cantik membuat rumah tersebut tampak sangat asri
dan alami. Pada area pagar tersebut juga terdapat batu-batu besar yang seakan
diletakkan tanpa sengaja di situ. Untuk material pintu pagar menggunakan
material besi bercat hitam yang dikombinasikan dengan potongan-potongan kayu.
Satu lagi elemen yang menjadi aksen pada bagian ini adalah sebuah perahu ethnik
yang dipasang di atas pagar.
Masuk ke dalam halaman, kita disambut dengan gemericik
air dari kolam koi yang terletak persis di depan teras. Suara gemericiknya air
tersebut dipercaya memiliki efek psikologis yang menenangkan. Tepi kolam juga
terbentuk dari susunan batu-batu lonjong yang disusun secara acak untuk lebih
memperkuat kesan alami. Carport menggunakan material batu alam andesit dengan
list dari kayu. Kolom teras dilapisi dengan batu palimanan yang disusun secara
miring. Bentuk miring ini adalah transformasi dari bentuk umpak pada struktur
bangunan tradisional. Akses utama pada teras adalah gebyok antik yang menjadi
pintu utama masuk ke dalam hunian dipadu dengan bangku antik yang terbuat dari
bongkahan kayu utuh. Pada sebelah kolam terdapat tangga menuju lantai dua yang
berfungsi sebagai kantor. Dinding di samping tangga ini dilapisi dengan batu
alam dengan arah horizontal. Karena ruang yang terbatas, railing tangga
menggunakan bahan kaca tempered dengan rangka stainless steel supaya tidak
membatasi secara visual dan tetap memberikan kesam luas.
Naik ke lantai dua, terlihat kesan yang lebih moderen.
Di lantai atas ini terdapat konsol-konsol kayu yang menyangga teritisan yang
sangat lebar. Demikian lebarnya teritisan tersebut, sehingga area balkon di
lantai dua tetap terlindung dari panas matahari meskipun rumah ini menghadap ke
barat. Teritisan dan konsol inilah sebetulnya yang memunculkan paling besar.
Material lantai mempergunakan keramik ukuran 100x100cm dengan motif yang
meyerupai granit. Sementara itu, plafond menggunakan papan lambrisering yang
difinishing natural. Untuk balustrade (dinding pembatas balkon, dipergunakan
material kaca transparan dengan rangka stainless steel. Pada dinding terdapat
replika ukiran kayu dari jaman Majapahit yang berukuran besar yang berfungsi
sebagai aksen.
Ethnik, Tropis, Natural. Begitulah kesan utama yang
dimunculkan oleh rumah tersebut. Rumah ini membuktikan, walaupun berada di area
perkotaan dan berada di tengah-tengah serbuan style minimalis modern, rumah ini
masih bisa terlihat menonjol dan menarik perhatian dengan style yang paling
cocok dengan iklim tropis. Rumah ini juga mejadi bukti bahwa dengan lahan yang
terbatas, tidak berarti semuanya harus serba kecil dan terbatas. Maka tidak
berlebihan bila rumah ini saya sebut sebagai urban tropical house.
Septana Bagus Pribadi, ST, MT
Staff Pengajar Jurusan Arsitektur FT Undip
Artikel ini dimuat di Rubrik Bale, Harian Suara Merdeka
0 komentar:
Posting Komentar