Di Balik Nama "Toko Sarinah"

Foto: ardianizme.blogspot.com

Akrab dengan nama Sarinah? Ya, Sarinah merupakan sebuah pusat perbelanjaan yang berdiri di bilangan Thamrin, Jakarta Pusat. Nama Sarinah sebagai nama pusat perbelanjaan tidak begitu saja tercetus. Berikut sekilas perjalanan Sarinah.

Presiden pertama Republik Indonesia, Sukarno, pernah diasuh oleh Sarinah. Wanita tersebut bekerja sebagai pelayan keluarga Sukarno. Sukarno sangat menghormati wanita desa itu dan menyebutnya sebagai salah satu orang yang sangat mempengaruhi perjalanan hidupnya.

“Dialah yang mengajarku untuk mengenal cinta-kasih, Aku tidak menyinggung pengertian jasmaniahnya bila aku menyebut itu. Sarinah mengajarku untuk mencintai rakyat. Massa rakyat, rakyat jelata,” ujar Bung Karno dalam biografinya yang ditulis oleh Cindy Adams, Bung Karno, Penyambung  Lidah Rakyat.


Ajaran cinta kasih yang diterima Sukarno dari Sarinah sangat melekat hingga Sukarno dewasa dan menjabat sebagai Presiden RI. Hal tersebut pun membawanya pada pemahaman soal kemanusiaan yang saat itu masih dianggap tabu, yakni kesetaraan gender. Pada tahun 1947, gagasan kesetaraan gender tersebut dituangkan dalam buku yang banyak membahas tentang pentingnya perempuan dalam membangun negara-bangsa, yakni Sarinah.


Hal itu kemudian menginspirasi Sukarno untuk membangun sebuah pusat perbelanjaan di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat dan diberi nama “Sarinah”. Sarinah berbentuk sebuah gedung setinggi 74 meter dan 15 lantai. Pembangunannya dimulai pada 23 April 1963 dan diresmikan tanggal 15 Agustus 1966. Saat itu Sarinah merupakan pusat perbelanjaan pertama di Indonesia dan juga pencakar langit pertama di Jakarta.


Sarinah dibangun untuk memenuhi kebutuhan rakyat mendapatkan barang-barang murah, namun mutunya bagus dan terjamin. “Janganlah ada manusia yang mengira bahwa department store (Sarinah) adalah proyek lux. Tidak!” Tegas Sukarno menjawab para pihak yang mengkritik pembangunan gedung tersebut.


Namun, sayangnya, kini Sarinah sudah bergeser jauh dari tujuan awal didirikannya. Sarinah tidak lagi menyediakan barang-barang murah berkualitas tinggi untuk rakyat. Sarinah kini tidak ada bedanya dengan pusat perbelanjaan-pusat perbelanjaan lainnya, yang dipenuhi barang dan restoran dengan harga yang tidak murah. Nama “Sarinah” itu sendiripun seakan luntur kebesaran maknanya. Masyarakat kini hanya mengenal Sarinah sebagai salah satu nama gedung dari sekian banyak gedung di Jakarta. (http://tourismnews.co.id)



 

0 komentar:

Posting Komentar

 
ab_architects. Diberdayakan oleh Blogger.