pict:http://radontruth.com/sick-building-syndrome/
Jangan sakit hati jika teman
sekantor tidak menyambut baik kehadiran Anda saat menderita sakit, terutama
influenza. Dalam gedung yang tertutup dan menggunakan penyejuk udara, virus flu
akan berputar dalam ruangan sehingga membuat karyawan lain ikut sakit.
Yanu Aryani dari Konsil Bangunan
Hijau Indonesia (KBHI) menuturkan, “pekerja kantoran menghabiskan sekitar 80 persen waktunya di
dalam gedung”.
Mereka rawan terkena sindrom
bangunan sakit (sick building syndrome/SBS). Gangguan ini menjadi pembicaraan
awal 1970-an ketika harga minyak melejit sehingga pengoperasian gedung m enjadi
mahal akibat borosnya penggunaan energi untuk pendinginan dan pencahayaan.
Guna menekan konsumsi energi, para
ahli menemukan teknologi insulasi yang membuat gedung kedap udara sehingga
energi untuk pendingin ruangan berkurang. Sejak itu muncul keluhan pusing,
iritasi mata dan hidung, rasa gamang, lelah, serta sesak napas pada sejumlah
pengguna gedung.
Keluhan itu dikenal sebagai SBS. ”Ketika keluar dari
ruangan gejalanya hilang,” kata Faisal
Yatim, dokter yang menulis buku tentang SBS”. Selain SBS yang tidak permanen, ada gangguan kesehatan
terkait gedung, yaitu building related illness (BRI), yang bersifat permanen,
bahkan bisa berujung pada kematian. Gejala awal bisa berupa influenza,
berlanjut radang paru (pneumonia), hingga kematian.
Penelitian intensif SBS dilakukan oleh Tony Pickering,
dokter dari Wythenshawe Hospital, di dekat kota Manchester, Inggris. Hasil
penelitian menunjukkan, hanya sedikit gejala SBS terjadi di gedung yang
berventilasi alami di mana banyak mikroorganisme. Sebaliknya, gejala SBS
ditemukan pada gedung-gedung dengan penyejuk udara dengan jumlah mikroorganisme
rendah. Kesimpulannya, SBS tidak berkaitan dengan jumlah mikroorganisme.
Pada gedung ber-AC, polusi dalam ruangan, antara lain
asap rokok, emisi material (bangunan dan perkakas kantor), partikel dan
mikroba, menjadi penyebab SBS. Penyebab BRI adalah mikroorganisme, terutama
bakteri Legionella.
Menurut Yanu, SBS bisa menurunkan produktivitas
karyawan dan keuntungan perusahaan. Karena itu, pekerja dan manajemen kantor
perlu mengetahui penyebab dan merekayasa kondisi gedung untuk mengurangi risiko
SBS.
Penyerap polutan
Tanaman dalam ruangan yang semula dianggap sebagai
pemanis dan penyegar ruangan ternyata memiliki peran untuk mengurangi risiko
SBS.
Hal itu sejalan dengan hasil penelitian Badan
Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) awal 1970-an. Penelitian NASA
menemukan jenis-jenis tanaman yang mampu mengurangi konsentrasi polutan di
dalam ruangan, terutama tiga polutan utama, yaitu benzena, trikhloroetilen
(TCE), dan formaldehid.
Benzena terdapat pada tinta, minyak, karet, zat
pewarna, deterjen, obat-obatan, serta bahan-bahan mudah meledak, seperti gas
pada korek api. TCE terdapat pada zat untuk dry clean, cat, pernis, dan beragam
lem. Zat TCE dapat menyebabkan kanker hati. Formaldehid ada pada kayu lapis, tisu,
kertas pembersih, cairan penghalus kain, lapis bawah karpet, asap rokok, dan
minyak tanah.
Bintang Nugroho dari KBHI mengatakan, sejumlah tanaman
itu ada di Indonesia, misalnya lidah mertua (Sansevieria), palem bambu, kuping
gajah (Aglaonema), beringin, garbera yang biasa kita jadikan bunga potong,
puring (Janet crane), dan hanjuang (Marginata).
Menurut Bintang, efektivitas dan optimasi hasilnya
penyerapan polutan bergantung pada posisi tanaman. ”Untuk pengaturan letak
perlu konsultasi dengan ahlinya,” katanya.
Pada akhirnya, bangunan sehat sebenarnya merupakan
salah satu wajah dari bangunan hijau (green building). Selain mengurangi
polutan dalam ruangan, agar menjadi gedung yang sehat, dibutuhkan pengaturan
penggunaan energi secara efektif dan pengaturan sirkulasi udara segar dalam
ruangan.
”Saat ini banyak klaim green building sekadar untuk
pencitraan perusahaan. Untuk menghindari hal itu perlu pihak ketiga untuk
melakukan penilaian,” kata Bintang. Menetapkan sebuah gedung sudah ”hijau” atau
belum merupakan salah satu tugas KBHI. (Brigitta Isworo L)
(http://properti.kompas.com/read/2009/06/09/16480711/Awas.Sick.Building.Syndrome.)
0 komentar:
Posting Komentar